makalah meteorologi dan klimatologi: Pemanfaatan data iklim untuk pertanian pangan
Pemanfaatan
data iklim untuk pertanian pangan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah Praktikum Meteorologi Klimatologi
Dosen
pengampu: Ferani Mulianingsih, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Rizqi
Laila Inayati (3201414098)
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul “pemanfaatan data iklim untuk
pertanian pangan” tepat pada waktunya.
Dengan selesainya makalah kelompok
ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Ferani
Mulianingsih, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum
Meteorologi Klimatologi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis, kemudian terima kasih kepada teman - teman Pendidikan Geografi
rombel 3 yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada penulis
Makalah ini ditujukan untuk melengkapi bahan bacaan bagi mahasiswa dan
sebagai tugas kuliah pada mata kuliah praktikum meteorologi klimatologi. Kami
sebagai penulis menyadari bahwa materi yang disajikan dalam makalah
individu ini masih banyak memilki kekurangan, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca supaya makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.
Semarang,
19 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .……………………………………....……....... 1
Daftar Isi
.…………………………...……….....……................ 2
Bab l : Pendahuluan…………………………..………......…….. 3
1.1 Latar belakang…………………………......... ……... 3
1.2 Rumusan masalah………….……...............……... 3
1.3 Tujuan……………………………………………........ 3
BAB II
PEMBAHASAN……………………….…........................ 4
1.
Iklim dan Tanaman……………………………………… . 4
1.1 Terminologi iklim……………………….……... ……. . 4
1.2 Peranan unsur-unsur iklim bagi
tanaman………... . 4
2.
Pemanfaatan Informasi Iklim dalam Pertanian…..…… 5
3.
Informasi Iklim dalam Ketahanan Pangan …….……... . 8
4.
Hambatan Pengembangan Jaringan Pengamatan……. . 9
5.
Pemanfaatan Cuaca dan Iklim dalam Bidang Pertanian... 10
6.
Hubungan Antara Unsur Iklim dan Hasil Tanaman… 11
7.
Peranan Cuaca dan Iklim Terhadap Produksi Tanaman…. 12
8.
Pengaruh Iklim Terhadap Penyakit Tanaman………….... 13
9.
Dampak.Cuaca.Atau.Iklim.Bagi.Pertanian…………… 16
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………… .. 21
B. saran………………………………………...………… .. 21
Daftar pustaka…………………………………………………….. 22
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor
produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan. Dalam praktek, iklim dan
cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan kebutuhan,
kalaupun bisa memerluan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor
pembatas produksi pertanian. Karena
sifatnya yang dinamis, beragam dan terbauka, pendekatan terhadap cuaca/iklim
agar lebih berdaya guna dalam bidang pertanian , diperlukan suatu pemahaman
yang lebih akurat teradap karakteristik iklim melalui analisis dan interpretasi
data iklim. Mutu hasil analisis dan
interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan,
juga sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan
kerjasama yang baik antar instasi pengelola dan pengguna data iklim demi
menunjang pembangunan pertanian secara keseluruhan.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dikembangkan rumusan masalah sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dikembangkan rumusan masalah sebagai berikut:
- Apa pengertian iklim?
- Bagaimana pemanfaatan informasi iklim dalam pertanian ?
- Bagaimana pengaruh informasi iklim dalam ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis?
- Apa saja hambatan dalam pengembangan jaringan pengamatan dan data base iklim?
1.3 Tujuan
berdasarkan rumusan masalah tersebut, melalui makalah ini bertujuan untuk:
berdasarkan rumusan masalah tersebut, melalui makalah ini bertujuan untuk:
- Mahasiswa dapat mengetahui pengertian iklim
- Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan informasi iklim dalam pertanian
- Mahasiswa dapat mengetahui informasi iklim dalam ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis
- Mahasiswa dapat mengetahui hambatan pengembangan jaringan pengamatan dan data base iklim
BAB II
PEMBAHASAN
1. Iklim
1.1 Terminologi iklim
Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem
(bio-fisik) yang proses dan dinamikanya dipengaruhi oleh faktor global dan
berada di luar atmosfer. Kejadian iklim
tidak terlepas dari dinamika alam, terutama proses rotasi 23,5 0 teradap bidang
(normal), air serta energi. Penjabaran
dari zat alir dan energi tersebut adalah unsur-unsur iklim, seperti tekanan
udara dan angin, curah hujan, suhu, radiasi surya, kelembaban nisbi dan
lain-lain.
Istilah “iklim” yang sehari-hari dipahami
secara awam, sebenarnya terkandung dua pengertian dan terminologi yang agak
berbeda berdasarkan dimensi waktu, yaitu iklim itu sendiri dalam pengertian
climate, dan cuaca dalam pengertian weather.
Secara sederhana, iklim adalah gambaran umum atau keadaan rata-rata dari
fisika atmosfer pada suatu lokasi atau wilayah selama periode waktu tertentu
(minimum harian). Sedangkan cuaca adalah
keadaan fisika atmosfer pada suatu lokasi atau wilayah pada saat tertentu atau
dalam periode jangka pendek (maksimum harian). Iklim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salahsatunya adalah letak astronomis suatu wilayah, di Dunia terdapat bebrapa pembagian iklim menurut para ahli, salahsatunya Pembagian Iklim Koppen, yang membagi iklim dunia menjadi 7 bagian seperti yang dapat dilihat pada peta di bawah ini:
Gambar: Pembagian Iklim Koppen
1.2 Peranan unsur-unsur iklim bagi tanaman
Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan
hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal
kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang
mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat.
Sebagian energi kimia tersebut direduksi/ dirombak menjadi energi
kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan
internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis
senyawa organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa
proses metabolisme tanaman.
Gambar: Proses Fotosintesis
Selain radiasi surya, proses fotosintesis sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses metabolisme, proses pembungaan,
pengisian biji dan pematangan biji atau buah juga sangat dipengaruhi oleh
radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi
serta angin. Oleh sebab itu,
produkstivitas dan mutu hasil tanaman yang banyak ditentukan pada fase
pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur
iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara. Pada Tabel 1 disajikan
matriks relative peranan unsur-unsur iklim dalam berbagai proses fisiologis,
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi,
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu
keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air
(kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu
tertentu dan disebut sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi
dari unsur cuaca (curah hujan dari saat ke saat).
2. Pemanfaatan Informasi Iklim dalam
Pertanian
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir
semua unsur iklim berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun
masing-masing mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda teradap berbagai aspek
dalam budidaya tanaman.
Sedangkan secara konseptual, pendekatan dan
informasi iklim dalam pembangunan pertanian berkaitan dengan 5 aspek atau
kegiatan (Las, Fagi & Pasandaran, 1999 dalam Surmaini, dkk.), yaitu :
- pengembangan wilayah dan komoditas pertanian seperti kesesuaian lahan, perencanaan tata ruang, pemwilayahan agroekologi dan komoditi, sistem informasi geografi (GIS) dan lain-lain
- perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti perencanaan pola tanam, pengairan, pemupukan, PHT (pengendalian hama terpadu), panen, dan lain-lain
- peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung lahan, ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan produktivitas pertanian
- pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air)
- menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan serta pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.
Informasi iklim sangat dibutuhkan dalam
mengidentifikasi potensi dan daya dukung wilayah untuk penetapan strategi dan
arah kebijakan pengembangan wilayah, seperti pola tanam, cara pengairan,
pemwilayahan agroekologi, dan komoditi. Pemwilayahan komoditi pertanian dapat
disusun berdasarkan agroklimat, karena tiap jenis tanaman mempunyai persyaratan
tumbuh tertentu untuk berproduksi optimal. Suatu tanaman yang tumbuh,
berkembang dan berproduksi optimal secara terus-menerus memerlukan kesesuaian
iklim. Kondisi kesesuaian tersebut memungkinkan suatu wilayah untuk
dikembangkan menjadi pusat produksi suatu komoditi pertanian.
Informasi iklim yang dibutuhkan dalam
pengembangan wilayah adalah identifikasi dan interpretasi potensi dan kendala
iklim berdasaran data meteorologi, seperti curah hujan, suhu udara, radiasi
surya dan unsure iklim lainnya. Pada
kajian yang lebih kuantitatif data iklim dibutuhkan sebagai input utama dalam
pemodelan/simulasi pendugaan potensi produksi atau produktivitas dan daya
dukung lahan.
Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode
tertentu sangat menentukan pola tanam, jenis komoditi, teknologi usaha tani,
pertumbuhan , produksi tanaman, serangan hama/penyakit dan lain-lainnya. Apalagi sistem usaha tani pada lahan kering,
berbagai unsur iklim terutama pola dan distribusi curah hujan sangat dominan
teradap produksi.
Dalam praktek, iklim dan cuaca sangat sulit
untuk dimodifikasi/ dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa
memerluan biaya dan teknologi yang tinggi.
Untuk itu, pendekatan yang memerlukan input rendah adalah menyesuaikan
kegiatan budidaya dan paket teknologi pertanian dengan iklim dan cuaca yang ada
pada suatu wilayah.
Efektivitas dan efisiensi pestisida untuk
pengendalian hama dan penyakit juga sangat ditentukan oleh curah hujan, suhu
udara dan kelembaban. Pengendalian hama
terpadu (PHT) dengan menggunakan musuh alami yang dimungkinkan atas dasar
pengetahuan tentang iklim dan cuaca.
Faktor cuaca, suhu, curah hujan, kelembaban dan faktor cuaca lainnya
dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik yang
dilakukan dengan cara kimiawi, hayati maupun kultur teknis.
Kegiatan operasional pertanian memerlukan
prakiraan cuaca /iklim yang lebih akurat dan kuantitatif dalam periode harian,
dasarian, bulanan atau musiman. Ini
dapat dilakukan melalui pengembangan /penerapan sistem analisis dan teknik
prakiraan cuaca dan pendugaan iklim yang lebih kuantitatif dengan model
statistik. Akurasi analisis dalam
prakiraan tersebut sangat tergantung pada ketersediaan, sebaran dan mutu data
meteorologi.
Dibandingkan dengan faktor produksi atau
sumberdaya pertanian lainnya, peranan dan pertimbangan terhadap sumberdaya
iklim dalam pembangunan dan peningkatan produksi pertanian relatif
terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Perbedaan persepsi terhadap karakteristik iklim.
Banyak kalangan menganggap iklim bukan sebagai sumberdaya, melainkan sebagai
kendala produksi pertanian.
2. Kurangnya apresiasi terhadap sumberdaya iklim.
Sumberdaya iklim yang dinilai bersifat “given” harus diterima apa adanya dan
tidak perlu dilakukan upaya antisipasi dan upaya memanfaatkannya secara
optimal.
3. Sangat
terbatasnya informasi iklim efektif dan aplikatif (berdayaguna) untuk bidang
atau kegiatan pertanian. Informasi agroklimat yang efektif dan aplikatif
dapat berupa identifikasi, analisis dan interpretasi, prediksi, ramalan,
zonasi, modeling dan lain-lain.
4. Selain
sangat erat kaitannya dengan kemampuan dan penguasaan teknik dan metodologi
analisis iklim, keterbatasan informasi yang aplikatif dan efektif juga
disebabkan oleh terbatasnya jumlah, mutu dan sebaran data iklim. Beberapa
faktor penting untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah melalui
memperbanyak peralatan/stasiun pengamatan serta penyediaan dan pembinaan SDM
untuk meningkatkan mutu pengamatan dan kemampuan analisis.
3. Informasi Iklim dalam Ketahanan Pangan dan
Pengembangan Agrobisnis
Resiko pertanian akibat pengaruh iklim antara
lain terjadi melalui dampak kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi,
suhu rendah atau “frost”, angin, kelembaban tinggi dan lain-lain. Resiko pertanian akibat iklim tersebut,
selain menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga
ketidakstabilan produksi pertanian secara nasional. Faktor penyebab resiko pertanian antara lain,
fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim, perencanaan
usahatani dan pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi
iklim.
Analisis iklim dalam kaitannya dengan resiko
pertanian antara lain adalah pemodelan iklim untuk peramalan iklim dan
penyimpangannya, karakteristik dan analisis sifat curah hujan, peluang deret
hari kering (tanpa hujan) dalam kaitannya dengan kekeringan, intensitas dan
pola curah hujan dalam kaitannya dengan resiko ancaman banjir, erosi dan
lain-lain.
Dalam pembangunan pertanian yang lebih
berorientasi atau berbasis dan bertujuan untuk optimalisasi dan efisiensi
sumberdaya pertanian termasuk sumberdaya agroklimat dibutuhkan suatu sistem
pertanian preskriptif (prescriptif farming). Sistem preskriptif adalah sistem
usaha pertanian yang sesuai (produkstivitas tinggi dan efisien) dengan potensi
sumberdaya, faktor sosial ekonomi dan kelembagaan (Makarim, Sirman dan Sarlan,
1999).
Dalam sistem pertanian preskriptif dibutuhkan
informasi yang lengkap dan handal seluruh komponen dan sub komponen dalam
sistem produksi, termasuk iklim (Bell and Doberman, 1997 dalam Surmaini,
2000). Berbeda dengan komponen produksi
lain, peluang untuk memanipulasi faktor iklim sangat kecil, sulit diduga tetapi
sangat menentukan produktivitas tanaman. Oleh sebab itu, informasi iklim sangat
strategis dan menjadi pertimbangan yang lebih dini dalam pengembangan pertanian
preskreptif tersebut.
Berdasarkan analisis resiko akibat iklim,
dapat dikembangkan sistem pengelolaan lahan yang terintegrasi dengan
mempertimbangkan karakteristik biofisik, terutama sumberdaya tanah dan
iklim. Untuk lebih efektif dan berdaya
hasil tinggi dan berkelanjutan, diperlukan kombinasi optimal antara teknologi
produksi dan komoditas dengan sistem pengelolaan sumberdaya lahan secara
optimal.
Konsep pertanian tangguh yang antara lain
dicirikan oleh sistem agribisnis adalah pertanian yang mampu menghasilkan
produksi secara optimal, mantap (stabil) dan berkelanjutan yang secara ekonomi
menguntungkan serta mampu melestarikan sumberdaya dan lingkungan.
4. Hambatan Pengembangan Jaringan Pengamatan
dan Data Base Iklim
Dinamika iklim yang sangat tinggi membutuhkan
teknik dan metode analisis yang komprehensif dengan sistem data base yang iklim
yang handal dan berkelanjutan. Untuk
itu, data base iklim harus diperaharui dan untuk kebutuhan berbagai analisis
iklim pada umumnya membutuhkan data seri waktu dalam periode tertentu. Oleh sebab itu, pengkayaan dan pemutakhiran
data iklim yang didukung oleh sistem pengamatan yang baik haruslah
berkelanjutan.
Selain adanya interaksi antar unsurnya,
kondisi iklim suatu lokasi saling berkorelasi dengan lokasi lainnya, baik dalam
skala lokal (meso) maupun regional dan global (makro). Oleh sebab itu, untuk menghasilkan informasi
iklim dan analisis resiko iklim yang efektif dan akurat dibutuhkan data iklim
dari beragai stasiun pengamatan iklim yang satu sama lain saling melengkapi dan
bersifat sinergis (Las, Irianto & Surmaini, 2000).
Kegunaan stasiun iklim adalah :
a. untuk
mengetahui kondisi cuaca dan iklim secara real time untuk berbagai
keperluan/tujuan,
b. pengkayaan
data (berdasarkan waktu dan lokasi) untuk keperluan analisis dan interpretasi
iklim yang membutuhkan data time series dari banyak lokasi,
c. untuk
mendukung peramalan/pendugaan iklim. Oleh sebab itu, kerapatan stasiun sangat
besar pengaruhnya terhadap akurasi analisis dan interpretasi iklim. Untuk setiap pembangunan stasiun iklim harus
diintegrasikan dalam satu sistem dengan stasiun lainnya, tanpa harus
mempertimbangkan sistem kepemilikan (Las, Irianto & Surmaini, 2000).
Data iklim yang tersedia saat ini masih
sangat terbatas dengan sebaran yang tidak merata. Namun demikian sebagian diantaranya malah
over lapping akibat belum efektifnya sistem koordinasi dan jejaringan kerjasama
antar instansi penyedia dan pengguna data iklim. Jenis unsur iklim yang diamati dan periode pengamatan
masih sangat beragam dan sering terputus.
Akibatnya sebagian data tidak dapat dimanfaatkan.
Selain sistem koordinasi, standarisasi alat
dan sistem pengamatan juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan
pengamatan dalam suatu jaringan stasiun iklim.
Sebagian alat yang ada diamati dengan interval pengamatan yang tidak
sama untuk tujuan yang sama atau sebaliknya ada pengamatan yang sama untuk
tujuan yang berbeda.
5. Pemanfaatan Cuaca dan Iklim dalam Bidang
Pertanian
Bagi Indonesia yang sebagian besar
penduduknya bergerak dalam sektor agraris, karakter iklim seperti curah hujan,
suhu, dan musim sangat mempengaruhi pola kehidupannya. Pada zaman dahulu ketika
pengetahuan cuaca dan iklim belum berkembang, nenek moyang kita sudah
memanfaatkan datangnya musim bagi pola tanam. Mereka berpendapat bahwa
bulan-bulan yang berakhiran kata ber (September, Oktober, November, dan
Desember) merupakan musim hujan. Pada musim hujan, para petani mulai turun ke
sawah dan ladang untuk mengolah lahan.
Melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
pertanian, faktor-faktor iklim benar-benar dijadikan salah satu pertimbangan
dalam penentuan kecocokan jenis tanaman yang akan dibudidayakan di suatu
tempat. Misalnya, tanaman padi sangat cocok jika dibudidayakan di daerah
dataran rendah yang beriklim panas, sedangkan perkebunan hortikultur sangat
baik dikembangkan di dataran tinggi yang suhunya relatif sejuk. Para nelayan
tradisional sering kali memanfaatkan pola angin dan musim pada aktivitas
mencari ikan. Sebagai contoh, pada zaman dulu para nelayan memanfaatkan angin
darat dan angin laut untuk pergi dan pulang menangkap ikan di laut. Selain itu,
para nelayan jarang mencari ikan pada periode berembusnya angin barat, karena
sering terjadi angin ribut dan disertai hujan lebat.
Suhu, curah hujan, dan pola musim sangat
berpengaruh terhadap usaha pertanian. Indonesia merupakan salah satu negara
yang beriklim tropis, maka sangat cocok sekali untuk usaha pertanian, karena
udaranya yang panas dan mendapatkan curh hujan sepanjang tahun.
Tumbuhan
Iklim membatasi pertumbuhan tanaman di muka
bumi, karena itu iklim membatasi hasil panen. Hewan juga tanggap terhadap
perbedaan iklim, baik secara fisiologis maupun berdasarkan atas pakan ternak.
Jadi jelas iklim sangat bermanfaat bagi kehidupan di bumi, terutama bagi makhluk
hidup.
6. Hubungan Antara Unsur Iklim dan Hasil
Tanaman
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir
semua unsur iklim berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun
masing-masing mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda teradap berbagai aspek
dalam budidaya tanaman. Unsur iklim terhadap hasil tanaman mempunyai pengaruh
terhadap besarnya jumlah produksi tanaman.
Efektivitas dan efisiensi pestisida untuk
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman juga sangat ditentukan oleh curah
hujan, suhu udara dan kelembaban.
Pengendalian hama terpadu (PHT) dengan menggunakan musuh alami yang
dimungkinkan atas dasar pengetahuan tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca, suhu, curah hujan, kelembaban
dan faktor cuaca lainnya dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian
hama penyakit, baik yang dilakukan dengan cara kimiawi, hayati maupun kultur
teknis.
7. Peranan Cuaca dan Iklim Terhadap Produksi
Tanaman
Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan
hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal
kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang
mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi atau
dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi,
untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis senyawa
organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses
metabolisme tanaman.
Selain radiasi surya, proses fotosintesis
sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara.
Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara
signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari
jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi
energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan
tanaman.
Secara fisika, proses transpirasi tanaman
sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi
surya, kelembaban nisbi dan angin. Selain proses metabolisme, proses
pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah tanaman padi juga
sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu
udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu
hasil tanaman yang banyak ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji
atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama
radiasi surya dan suhu udara.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi,
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu
keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air
(kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu
tertentu dan disebut sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi
dari unsur cuaca (curah hujan dari saat ke saat).
8. Pengaruh Iklim Terhadap Penyakit Tanaman
Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap
penyakit tanaman, khususnya penyakit yang disebabkan oleh angin, air dan
serangga. Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai kerusakan-kerusakan yang
disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, mikroplasma dan yang disebabkan oleh
faktor lingkungan tak cocok (kelebihan atau kekurangan hara tertentu, polusi
dan lain-lain. Diantaranya penyebab penyakit tersebut, cendawan dan bakteri
merupakan patogen yang banyak menyerang tanaman.
Cendawan umumnya disebarkan dalam bentuk
spora atau potongan hifa. Penyebarannya dapat dibantu oleh angin, air hewan,
manusia, kontak langsung atau terkandung dalam bagian tanaman (biji, umbi).
Bakteri juga dapat menyebar dengan cara yang sama. Sedangkan virus dan
mikroplasma kebanyakan disebarkan serangga, manusia sendiri atau melalui bagian
tanaman.
Perubahan faktor lingkungan fisik, iklim atau
cuaca akan sangat berpengaruh terhadap penyakit pada saat patogen di luar
jaringan tanaman (pre penetrasi). Pada waktu tersebut patogen sangat peka dan
menentukan apakah iklim atau cuaca cukup menentukan perkembangan.
Dalam meninjau pengaruh iklim atau cuaca
terhadap perkembangan penyakit maka yang paling penting adalah bagaimana
menjelaskan perilaku iklim mikro sekitar pertanaman atau bahkan pada lapisan
yang lebih tipis di sekitar daun atau batang yang disebut boundary layer.
Perubahan lingkungan fisik lapisan tipis atau di sekitar pertanaman itulah yang
sangat menentukan keberhasilan patogen menimbulkan penyakit. Dalam beberapa hal
masalah tersebut sulit diteliti sehingga diperlukan pengertian mengenai
hubungan antara pola iklim makro dan iklim mikro di sekitar tanaman.
Kelembapan Udara
Kelembapan udara yang relatif tinggi
sepanjang tahun di Indonesia merupakan kondisi potensial timbulnya penyakit.
Terjadinya infeksi pateogen kerap ditentukan kondisi kelembapan di sekitar
pertanaman, terutama bagi patogen cendawan. Contoh pada kasus penyakit cara
teh. Penyakit ini dapat secara drastis dikurangi tingkat serangannya dengan
cara mengurangi kelembapan sekitar tanaman melalui pemotongan atau pengurangan
tanaman pelindung. Berbeda dengan penyakit cendawan, penyakit yang disebabkan
virus umumnya lebih berkembang pada musim kering. Tingginya kelembapan di Indonesia
juga menimbulkan masalah tersendiri pada penanganan pasca panen yaitu banyaknya
pernyakit yang menyerang hasil panen di tempat-tempat penyimpanan.
Air
dan embun
Air yang dimaksud adalah air bebas yang
sangat besar peranannya dalam perkembangan penyakit. Penyakit-penyakit tertentu
dapat tersebar luas terbawa air hujan. Embun juga dapat berperan dalam
perkembangan spora dan infeksi. Penyebab penyakit bulai pada jagung
(Sclerospora maydis) hanya dapat membentuk spora pada waktu malam jika daun
berembun.
Angin
Pengaruh angin umumnya secara tak langsung
terhadap kelembapan dan terjadinya embun. Pengaruh langsungnya adalah terhadap
penyebaran spora, penyebaran serangga vektor dan perlukaan akibat gesekan oleh
tiupan angin.
Suhu lingkungan
Ketinggian tempat dari permukaan laut akan
memberikan suhu tertentu kebanyakan penyakit hanya merugikan pada tempat-tempat
dengan ketinggian tertentu. Pada keadaan tertentu, suhu pada malam hari
bersama-sama kelembapan dapat berpengaruh terhadap penyakit dengan pembentukan
embun dan terjadinya gutasi. Suhu lingkungan sangat menentukan terutama pada
masa prapenetrasi.
Radiasi surya
Pengaruh radiasi surya secara tak langsung
terhadap berkurangnya kelembapan dan meningkatnya suhu lingkungan. Sedangkan
secara langsung adalah pada efek mematikan spora atau pembuluh kecambah spora
pada kebanyakan patogen.
Produksi Pertanian
Indonesia sebagai negara kepulauan yang
terletak di daerah katulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap
perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu
udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan
merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia.
Perubahan iklim akan menyebabkan:
(a) Seluruh wilayah Indonesia mengalami
kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah subtropis;
(b) Wilayah selatan Indonesia mengalami
penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan mengalami peningkatan curah
hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal dan panjang
musim hujan.
Di wilayah Indonesia bagian selatan, musim
hujan yang makin pendek akan menyulitkan upaya meningkatkan indeks pertanaman
(IP) apabila tidak tersedia varietas yang berumur lebih pendek dan tanpa
rehabilitasi jaringan irigasi. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan
tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim
kemarau akan meningkatkan risiko kekekeringan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia
bagian utara, meningkatnya hujan pada musim hujan akan meningkatkan peluang
indeks penanaman, namun kondisi lahan tidak sebaik di Jawa. Tren perubahan ini
tentunya sangat berkaitan dengan sektor pertanian. Budidaya tanaman pertanian
sangat tergantung pada iklim dan cuaca. Unsur cuaca yang berpengaruh adalah
intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan, dan kelembaban. Semuanya terikat
dan saling mempengaruhi.
Data mengenai keadaan cuaca sangat penting
artinya bagi dunia pertanian antara cuaca dan pertanian mempunyai hubungan yang
khas yang sering dikenal dengan klimatologi pertanian. Hubungan yang khas itu
dapat dilihat dari pengaruh ketinggian tempat, vegetasi alam dan jenis tanaman
yang cocok untuk ditanam serta waktu yang tepat untuk penanaman suatu komoditi.
Hubungan yang lebih luas antara cuaca dan
pertanian tercakup didalamnya lama musim pertanaman, hubungan antara laju
pertumbuhan ataupun hasil panen dengan factor atau unsure cuaca dari pengamatan
unsur cuaca dari pengamatan jangka panjang.
Dari data iklim ini akan dapat diketahui
kesesuaian iklim yang optimum bagi tanaman serta batas-batas ekstrimnya, dapat
pula dibahas tentang kebutuhan air irigasi, perkembangan iklim terhadap
perkembangan maupun penyebaran hama dan penyakit tanaman, serta hubungan iklim
dengan berbagai kegiatan pertanian lainnya. Pada hakekatnya klimatologi
pertanian merupakan kesimpulan dari pengamatan metereologi pertanian dalam jangka
panjang di daerah luas.
Dampak Cuaca atau Iklim bagi Pertanian
Dampak cuaca / iklim kepada kegiatan
pertanian dapat dikategorikan menjadi :
(a) Dampak langsung
(b) Dampak.tidak.langsung
Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan oleh sesuatu unsur cuaca/iklim kepada kegiatan pertanian. Dampak
lansung tersebut ada yang dirasakan seketika, dan ada yang
dirasakan.secara.lambat. Dampak langsung seketika, misalnya curah hujan yang
lebat atau terus menerus dapat menimbulkan tanah longsor saat itu; angin
kencang menimbulkan kerusakan batang tanaman, adanya embun beku yang mengenai
tanaman membuat daun dan batang tanaman.menjadi.kering. Dampak langsung yang
diraskan secara lambat adalah kadar cuaca yang baru dirasakan setelah
berkali-kali terjadi; misalnya tanah menjadi lembap setelah beberapa hari turun
hujan; tanah menjadi kering setelah beberapa hari hujan makin berkurang.
Dampak tidak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan oleh faktor lain tetapi faktor tersebut timbul berkaitan dengan
cuaca/iklim yang terjadi, sedangkan kadar cuaca/iklim yang terjadi tersebut
diperlukan bagi kegiatan pertanian pada waktu itu. Cuaca / iklim tidak hanya
diperlukan tanaman saja tetapi hama , penyakit, tumbuhan parasit juga
memerlukan cuaca / iklim.
Problema Cuaca Atau Iklim dalam Kegiatan Pertanian
Problema yang sering dihadapi adalah adanya
banyak kegiatan dalam suatu wilayah, sedangkan masing-masing kegiatan mempunyai
sensitivitas kepada cuaca berlainan., Setiap orang atau setiap kegiatan
mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagi seseorang atau
sesuatu kegiatan adanya cuaca tertentu mungkin dirasakan sebagai yang
menguntungkan, tetapi bagi orang atau kegiatan lain justru dirasakan sebagai
yang merugikan.
Tidak jarang pada suatu musim, cuaca yang ada
sesuai dengan yang dipelukan bagi tanaman dan kegiatan pertanian, tetapi cuaca
saat itu justru juga mendukung kesuburan hidupnya hama, penyakit, dan parasit.
Selanjutnya hama, penyakit, dan parasit tersebut mengganggu tanaman. Pada suatu
musim kemarau yang banyak hujan para petani sayuran merasa untung karena
tanamannya tumbuh subur dan tidak perlu melakukan penyiraman setiap hari;
tetapi bagi petani garam dan perusahaan industri garam banyak mengalami
kerugian karena hasil garamnya berkurang.
Pengaruh Unsur-unsur Cuaca dan Iklim Terhadap Tanaman
Pengaruh Suhu dan Radiasi Matahari
Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh
pengaruh langsung cuaca terutama radiasi dan suhu terhadap fotosintesis,
respirasi, transpirasi dan proses-proses metabolisme di dalam sel organ
tanaman.
Fotosintesis hanya berlangsung siang hari.
Adapun intensitas respirasi daun sepenuhnya dipengaruhi oleh suhu udara dan
berlangsung secara terus-menerus sepanjang umur tanaman. Maka semakin rendah suhu udara harian akan
semakin rendah penggunaan karbohidrat untuk respirasi. Produksi gugus
karbohidrat netto harian pada tanaman merupakan produk bruto fotosintesis siang
hari dikurangi pemanfaatan untuk respirasi selama 24 jam.
Maka
pada kisaran toleransi, semakin tinggi intensitas radiasi PAR yang berlangsung
semakin lama, disertai suhu udara yang rendah akan menghasilkan produk
fotosintesis netto yang semakin tinggi. Proses fotosintesis dan respirasi
tergantung pada pengaruh radiasi surya, gas CO2 dan O2 di atmosfer, kadar air
di daerah perakaran (tanah), pengaruh suhu udara dan suhu tanah. Sedangkan
seluruh unsur khususnya iklim mikro di sekeliling tumbuhan saling berinteraksi.
Pengaruh suhu terhadap tanaman terutama pada
proses fisiologi tanaman seperti : bukaan stomata (mulut daun), laju
transpirasi, laju penyerapan nutrisi dan air, fotosintesa dan respirasi.
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh proses diatas. Jika
melewati titik optimum maka proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun kimia, dan
menurunnya aktivitas enzim).
Pengaruh Angin dan Kecepatan Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang
dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang lain seperti suhu,
kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin akan berpengaruh
terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air
maka akan terbentuk awan. Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain
itu, angin yang banyak mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara
dan dapat pula menurunkan suhu udara. Angin dalam budidaya pertanian dapat
berpengaruh langsung seperti merobohkan tanaman. Namun pengaruh angin secara
tidak langsung sangat komplek baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi
tanaman.
Dengan adanya angin maka akan membantu dalam
penyerbukan tanaman dan pembenihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi penyerbukan
silang dan penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Selain itu angin
merupakan salah satu penyebar hama dan patogen yang dapat mempertinggi serangan
hama san penyakit yang akan sangat merugikan.
Pengaruh Curah Hujan
Curah hujan (mm) mempengaruhi tanaman
melalui proses evaporasi (proses
kesediaan air pada pori-pori tanah yang menguap karena peningkatan suhu dan
radiasi surya). Jika curah hujan tinggi maka cadangan air yang ada di permukaan
tanah (pori-pori tanah) lebih besar dibandingkan dengan penguapan air akibat
proses evaporasi.
Fungsi air bagi tanaman :
a)
Penyusun tubuh tanaman sekitar 70% – 90 %
b)
Sebagai pelarut dan media reaksi biokimia pada tanaman
c)
Medium (perantara) pembawa senyawa (molekul) nutrisi/hara
(seperti; nitrogen/ kalium/ kalsium/ fosfor,dll) bagi tanaman.
d)
Berperan pada proses pembelahan sel pada tanaman.
e)
Sebagai bahan baku foto sintesa.
f)
Menjaga suhu tanaman agar tetap konstan
Perkembangan hama dipengaruhi oleh
faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu oleh temperatur,
kelembaban udara dan fotoperiodisitas (perbedaan lamanya siang dan malam)
berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, lama hidup, serta kemampuan
diapause (masa hibernasi atau aestivasi ) serangga. Pengaruh kejadian iklim
ekstrim sering kali menstimulasi ledakan (outbreak) beberapa hama dan penyakit
utama tanaman padi, seperti tikus, penggerek batang, wereng coklat
Pengaruh Tekanan Udara
Pengaruh tekanan udara terhadap tanaman
mungkin tidak bersifat langsung. Tekanan udara mempengaruhi terhadap proses
penyediaan lengas tanah (cadangan air pada permukaan atas tanah) melalui proses
pengembunan uap air diudara. Jika tanah
mempunyai lengas tanah yang tinggi, maka akan membantu proses perkecambahan
benih tanaman yang ditanam di atas permukaan tanah.
Hewan
Keadaan cuaca dan iklim juga akan berpengaruh
terhadap dunia binatang dan dunia tumbuhan. Hewan juga tanggap terhadap
perbedaan iklim, baik secara fisiologis maupun berdasarkan atas pakan ternak.
Binatang-binatang yang terdapat di daerah
dingin umumnya berbulu tebal dan anggota tubuhnya pendek, hal ini merupakan
adaptasi binatang untuk menghadapi keadaan cuaca yang dingin. Binatang yang hidup
di daerah panas bulunya tidak tebal, dengan anggota tubuh panjang dan
telinganya agak lebar.
Perubahan iklim dan perubahan lingkungan
adalah sebagian kecil dari perubahan ekosistem yang lebih besar yang mampu
mempengaruhi munculnya penyakit hewan baru dan yang muncul kembali.Sebagaimana
disampaikan diatas, perubahan iklim memiliki dampak nyata terhadap ternak dan
jenis hewan lainnya melalui penyakit. Belakangan ini banyak laporan studi yang
disusun oleh para ahli yang menerangkan secara detil pengetahuan tentang
perubahan eksosistem, termasuk perubahan iklim dan perubahan lingkungan yang
pada kenyataannya berlangsung lebih cepat dari yang diharapkan.
Kesehatan hewan dapat dipengaruhi oleh
perubahan iklim melalui empat cara yaitu penyakit-penyakit dan stres yang
berkaitan dengan cuaca panas, kejadian-kejadian cuaca yang ekstrim, adaptasi
sistem produksi ternak terhadap lingkungan baru, dan penyakit hewan yang muncul
baru dan yang muncul kembali. Sebelum isu perubahan iklim muncul sekarang ini,
sudah diketahui dengan baik bahwa banyak penyakit menular yang menjangkiti
hewan maupun manusia mengikuti pola musim dan banyak diantara keragaman musim
tersebut berakibat langsung atau tidak langsung terhadap keragaman cuaca dan
iklim.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan :
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor
produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga, oleh karena itu
pendekatan yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian adalah
menyesuaikan sistem usahatani dengan keadaan iklim setempat
Faktor iklim mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh
unsur iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
Untuk meningkatkan efektifitas infomasi
iklim dan penggunaannya, perlu dikembangkan suatu sistem jaringan stasiun dan
data base yang lebih efektif yang didukung sistem kelembagaan dan koordinasi
yang terpadu.
2.Saran
Dari hasil makalah ini penulis menyarankan
agar penggunaan data iklim untuk pertanian pangan dapat digunakan secara
maksimal karena manfaat yang di dapat
sangat banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Rafi’I
,supratna..2009 Meteorologi Klimatologi. Bandung: angkasa
Tukidi.2007.
BUKU
AJAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI. Semarang. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang
(diakses pada tanggal 17 mei 2015, pukul
20:00 WIB )
(diakses pada tanggal 17 mei 2015, pukul
20:10 WIB )
(diakses pada tanggal 17 mei 2015, pukul
20:45 WIB )
(diakses pada tanggal 17 mei 2015, pukul
21:00 WIB )
(diakses pada tanggal 17 mei 2015, pukul
20:30 WIB )
(diakses pada tanggal 17 mei 2015, pukul
20:45 WIB )
Komentar
Posting Komentar