INDONESIA DAN KEBAKARAN HUTAN
INDONESIA DAN KEBAKARAN HUTAN
ditulis oleh: Rizqi Laila Inayati (2018)
Ilustrasi kebakaran hutan. Ilustrasi shutterstock.com
Kebakaran hutan
dan lahan di Indonesia lebih mirip sebuah “ulang tahun” yang terus terulang
pada setiap musim kemarau datang. Meskipun telah menjadi bencana rutin yan
terjadi setiap kali musim kemarau, namun kebakaran hutan dan lahan tetap saja
tidak dapat tertanggulangi dengan efektif. Pada tahun 2015 ini, ‘pesta’ ulang
tahun kebakaran hutan itu kembali terjadi di Indonesia, dengan provinsi Riau,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan beberapa wilayah di Sumatera merupakan
daerah yang paling parah mengalami kebakaran hutan dan kabut asap. Kebakaran
hutan dan lahan pada tahun ini diyakini sebagai kebakaran terparah yang terjadi
dalam satu dekade ini.
Kebakaran hutan
di Indonesia adalah peristiwa dimana hutan yang digolongkan sebagai ekologi
alamiah mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh aktfitas pembakaran
secara besar-besaran. Pada dasarnya, peristiwa ini memberi dampak negatif
maupun positif. Namun, jika dicermati, dampak negatif kebakaran hutan jauh lebih
mendominasi ketimbang dampak positifnya. Oleh sebab itu hal ini penting untuk
dicegah agar dampak negatifnya tidak merugikan manusia terlalu banyak. Salah
satu upaya pencegahan yang paling mendasar adalah dengan memahami penyebab
terjadinya kebakaran hutan di Indonesia. kebakaran hutan disebabkan oleh alam
dan manusia. Konteks alam mencakup musim kemarau yang berkepanjanganjuga
sambaran petir. Sementara faktor manusia antara lain kelalaian membuang punting
rokok, membakar hutan dalam rangka pembukaan lahan, api unggun yang lupa
dimatikan dan masih banyak lagi lainnya.
Indonesia
merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di
dunia. Keberadaan hutan ini tentunya merupakan berkah tersendiri. Hutan
merupakan ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi.
Keberadaan hutan di Indonesia sangat penting tak hanya untuk bangsa Indonesia
tetapi juga bagi semua makhluk hidup di bumi. Hutan di Indonesia sering
dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hal ini wajar mengingat jumlah pepohonan yang
ada di dalam kawasan hutan ini bisa mendaur ulang udara dan menghasilkan
lingkungan yang lebih sehat bagi manusia. Sayangnya, akhir-akhir ini kebakaran
hutan di Indonesia semakin sering terjadi. Penyebabnya bisa beragam yang dibagi
ke dalam dua kelompok utama, alam dan campur tangan manusia. Menurut data
statistik, kebakaran hutan di Indonesia sebanyak 90% disebabkan oleh manusia
dan selebihnya adalah kehendak alam,
Kerugian akibat
kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan diperkirakan mencapai angka triliun
rupiah. Masyarakat telah merasakan berbagai dampaknya. puluhan bahkan ratusan
ribu orang di Sumatera dan Kalimantan menderita infeksi saluran nafas akut
(ISPA) akibat menghirup terlalu banyak
kabut asap akibat kebakaran hutan. Kerugian ekonomi mencapai sekitar Rp
20 triliun dalam dua bulan terakhir yaitu bulan September-Oktober.
Gambar: Petugas pemadam kebakaran, Manggala Agni Kementerian Kehutanan, berusaha memadamkan kebakaran hutan di Kabupaten Bengkalis
Kebakaran hutan
Indonesia menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan per 15 oktober
telah 2015 mencapai sekitar 250.000 hektare. Menurut Sutopo Purwonugroho,
kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
jumlah titik api di Sumatera dan Kalimantan hingga akhir September terpantau
1.887, terdiri dari 575 titik di Sumatera dan 1.312 titik di Kalimantan.
Kualitas udara di semua wilayah tersebut terus memburuk. Bahkan, sebagian besar
daerah memiliki udara pada level membahayakan
karena hanya tersisa sekitar 5% udara sehat yang bisa dihirup. Berdasarkan data
sementara pada bulan September 2015,
penderita ISPA di Riau 14.566 jiwa, Sumsel 22.855 jiwa, dan Kalsel 40.000 jiwa.
Itu belum termasuk di daerah lain yang juga terkena asap. Melihat kondisi itu,
wajar jika banyak pihak menuntut pemerintah mengambil tindakan serius.
Pemerintah jangan hanya melakukan aksi tanggap darurat memadamkan api,
melainkan juga menangani korban kabut asap.
Pemerintah harus
memberikan kompensasi terhadap rakyat yang sakit akibat dampak dari pembakaran
hutan. Ribuan warga tidak bisa bekerja karena asap, tidak dapat sekolah atau
beraktivitas lain. Kebakaran hutan juga membahayakan keanekaragaman hayati yang
saat ini menuju kepunahan pada level yang mengkhawatirkan. Peneliti ekologi
tumbuhan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Yuni Setio Rahayu,
menyebutkan, kebakaran hutan berdampak serius pada menyusutnya keragaman
hayati. Hutan tropis Indonesia memiliki lebih dari 260 spesies tanaman dan
satwa per hektare, menempati posisi paling banyak di dunia, melebihi Brasil.
Namun, kebakaran
hutan dan pembukaan lahan secara tak terkendali setiap tahun mengancam
kepunahan berbagai ekosistem. Kebakaran hutan mengakibatkan banyak binatang
kehilangan tempat tinggal. Dengan demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran tersebut akan mengalami
penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan. Kebakaran hutan dapat
mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman. Indonesia adalah
negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Diperkirakan sebanyak 300.000
jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia,
walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Indonesia nomor
satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi habitat lebih dari
1.539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia.
Gambar: OrangUtan merupakan salahsatu fauna endemik yang nyaris punah dan terancam eksistensinya akibat kebakaran hutan
Indonesia juga
menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik atau satwa yang hanya ditemukan di
sini. Jumlah mamalia endemik Indonesia ada 259 jenis, burung 384 jenis dan
ampibi 173 jenis (IUCN, 2013). Keberadaan satwa endemik ini sangat penting,
karena jika punah di Indonesia maka itu artinya mereka punah juga di dunia.
Meskipun kaya, Indonesia dikenal sebagai negara dengan daftar panjang satwa
liar yang terancam punah. Sekarang ini jumlah jenis satwa liar Indonesia yang
terancam punah menurut IUCN (2011) adalah 184 jenis mamalia, 119 jenis burung,
32 jenis reptil, 32 jenis ampibi, dan 140 jenis. Jumlah total spesies satwa
Indonesia yang terancam punah dengan kategori kritis (critically endangered)
ada 69 spesies, kategori endangered 197 spesies dan kategori rentan
(vulnerable) ada 539 jenis (IUCN, 2013). Satwa-satwa tersebut benar-benar akan
punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkanya..
Mencegah
kerusakan daan kebakaran hutan sangat penting, oleh karena itu gerakan untuk
menjaga hutan Indonesia merupakan sebuh keharusan untuk mempromosikannya dan harus
terus dikampanyekan. Meskipun masyarakat yang tinggal di pulau lain (yaitu
selain sumatera dan kalimantan) tidak merasakan dampak langsung dari kebakaran
hutan berupa kabut asap, namun menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran
hutan mungkin salah satu cara untuk menjaga kelestarian hutan.
Mari kita bersama-sama menjaga hutan Indonesia, Jagalah Indonesia untuk tetap menjadi Paru-paru Dunia!
Komentar
Posting Komentar